Ide bisnis datang kapan saja dimana saja. Inilah yang membuatnya memuilai usaha sayuran crispy. Mantan bankir sukses melebihi ekspetasinya sebagai karyawan. Menjadi pengusaha tentu bukanlah pilihan Irvan Wijaya. Dia lebih cocok menjadi seorang bankir dengan setelan dan jas necis.
Menjadi pengusaha tidak pernah terpikirkan olehnya. Apalagi memulai usaha sayuran crispy. Tentu mantan bankir ini tidak akan berpikir seksuses ini. Awalnya dia bercerita bermula dari kesehariaanya sebagai pegawai. Bekerja sebagai commercial banker di sebuah bank di Jakarta, dia sangat suka namanya sayuran.
Tidak seperti temannya yang memilih daging ketimbang sayuran. Irvan memilih satu porsi sayuran khusus. Padahal dia waktu itu tengan menyantap makanan bakmi. Yang biasanya orang lebih suka yang banyak diginya. Alhasil pria berkacamata ini ditertawakan teman- temannya yang melihat.
“Saya ingat saya makan bersama teman saya, saya memasan bakmi dan satu porsi sayur untuk saya santap,” kenangnya, yang disusul candaan teman- temannya, “sebegitunya, ya harus makan sayur?” kenangnya kembali kepada pewarta Tabloid Bintang.
Memulai Usaha Sayuran Crispy Menguntungkan
Ide bisnis sederhana agar bisa makan sayur enak. Tujuannya mengajak orang lain untuk sama- sama menikmati. Ia ingin membangun citra makan sayura itu praktis. Pentingnya sayuran terkadang orang tolak karena ribet. Apalagi kalau potongannya besar- besar jadi malas makannya.
Orang- orang ingin sesuatu yang mudah dimakan. Akhirnya Irvan mencari tau cara agar bisa makan sayur praktis. Awal tahun 2015 dimulailah usaha Irvan berbisnis keripik sayur. Untuk modal pertama ia membeli vacuum frayer. Teknik yang dikembangkannya menggunakan suhu rendah dibawah 100 derajat.
Bulan Mei 2015 dimulailah penelitian cara membuat keripik. Ia menjadikan garasi rumahnya menjadi pusat produksi. Penggunaan suhu kurang dari 100 derajat, dimaksudkan agar mengurangi kerusakan dan berubahnya kandungan mineral.
Memang kandungannya berkurang dibanding sayuran aslinya. Tetapi Irvan berusaha sekuat mungkin untuk mencegah. Tidak berjalan mulus juga karena butuh waktu hingga yakin. Serangkaian uji coba dilakukannya agar berhasil. Ia juga memilih- milih sayuran apa yang cocok dikeringkan di vacuum.
Irvan juga harus memastikan rasanya tidak berubah. Uji cobanya bermodal Rp.50 juta tetapi belum termasuk biaya percobaan. Produk pertama diluncurkan pada September 2015, yang awalnya dia cuma berjualan brokoli dan kentang.
Bahkan untuk brokoli saja, dibutuhkan waktu setahun, yang menghabiskan sampai satu ton brokoli. Tujuannya agar tidak sekedar berjualan melainkan pengusaha. Biaya dikeluarkan hanya untuk brokoli saja sudah sampai Rp.30 jutaan. Belum juga untuk bahan baku lain, dan dia kini punya 7 varian Crispy Salad.
Mantan Bankir Sukses Tidak Takut Gagal
Mantan Bankir ini sukses tidak takut gagal bisnis. Menjadi pengusaha membutuhkan bukan sekedar berjualan. Seperti penelitian yang dilakukannya selama ini menguras tenaga. Selain menguras isi kantung Crispy Salad tetap meluncur.
Bahkan ketika dia sudah berhasil menghasilkan produk olahan. Gonta- ganti kemasan juga menjadi bayangan pengusaha ini. Tujuannya untuk menjaga daya tahan sayuran, apalagi produknya tidak lah dibuat benar- benar kering 100%. Tidak pula menggunakan bahan pengawet apalagi MSG untuk perasa.
Kemasan harus dibuat sedemikian mungkin agar daya tahan naik. Awalnya dia pernah menggunakan kemasan kripik. Hasilnya Crispy Salad cuma mampu bertahan satu hari saja. Sekitar setahunan Irvan cari- cari kemasan plastik yang cocok.
Hasilnya dia mampu membuat produknya bertahan 3 bulanan. Walaupun tanpa MSG tetap rasanya gurih ketika dimakan. Alasannya dia menggunakan garam Himalaya dan cabai untuk perasa. Kenapa menggunakan garam Himalaya karena lebih kaya mineral.
Hasilnya Crispy Salad digandrungi masyarakat berkat inovasi. Dibantu lima karyawannya dia bisa berproduksi 150 kemasan perhari. Bahkan permintaan meningkat sampai melebihi produksinya. Dia pun memasok produknya ke pengecer dan distributor, juga marketplace seperti juga di Tokopedia dan Shopee.